Identifikasi Internal Dan Eksternal Dan Kunci 4 Perspektif Serta Kelemahan Dan Ancaman Pada Perusahaan Konveksi
Identifikasi Internal Dan Eksternal Dan Kunci
4 Perspektif Serta Kelemahan Dan Ancaman Pada Perusahaan Konveksi
Latar Belakang
Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah
untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, meningkatkan volume penjualan dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk memastikan bahwa tujuan utama
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan maka
diperlukan perencanaan strategi bisnis, dengan memperhatikan misi
perusahaan.
Strategi untuk suatu perusahaan adalah rencana
jangka panjang. Strategi ini adalah: rencana yang disatukan, artinya mengikat
semua bagian perusahaan menjadi satu; menyeluruh, artinya meliputi semua
aspek penting perusahaan; dan terpadu, artinya semua bagian rencana serasi satu
samal lain dan bersesuaian.
Strategi menghubungkan keunggulan strategis
perusahaan dengan tantangan lingkungannya. Sehingga sebelum perusahaan
dapat memulai perumusan strateginya, manajemen terlebih dahulu harus
mengamati lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang
mungkin terjadi dan mengamati lingkungan internal untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan perusahaan yang juga akan menentukan apakah perusahaan
mampu mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada sambil menghindari
ancaman-ancaman.
Setiap perusahaan berhadapan dengan sejumlah
pesaing sekaligus pemerintah, pemasok/penyalur bahan, pemilik, serikat buruh,
dan lain-lain. Perusahaan ini dapat berukuran besar dan menengah maupun
perusahaan lebih kecil dan menggunakan strategi yang dianggapnya paling efektif
untuk mencapai sasarannya. Seperti yang dilakukan wiraswastawan
(enterpreneur) yang memulai usahanya dari nol, biasanya merupakan
perusahaan keluarga (industri rumah tangga), sehingga berhasil memasuki
industri sedang (industri konveksi) sampai menengah ke atas.
Suatu perusahaan konveksi “X” produk kaos
olahraga, seperti yang dialami perusahaan konveksi lainnya dewasa ini,
menghadapi persaingan antar perusahaan sejenis yang semakin ketat. Dalam
mencapai tujuan perusahaannya, meningkatkan volume penjualan, harus memiliki
strategi bisnis yang efektif dengan mengamati lingkungan eksternal (faktor
eksternal) dan lingkungan internal (faktor internal), yaitu dengan menggunakan
analisis lingkungan SWOT (Strengths, Weaknesses, Oportunities, dan
Threats).
Mengidentifikasi Industri Konveksi
Berdasarkan produksi yang dihasilkan maka
industri konveksi termasuk di dalam kelompok Industri primer, yaitu industri
yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut.
Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara
langsung.
Keberadaan suatu industri sangat menentukan
sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit
usahanya maka industri konveksi termasuk di dalam kelompok Industri
berorientasi pada bahan baku, yaitu jika industri konveksi yang didirikan
berdekatan dengan tempat tersedianya bahan baku (industri tekstil).
Berdasarkan proses produksi maka industri
konveksi termasuk di dalam kelompok Industri hilir, yaitu industri
yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang
dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.
Berdasarkan cara pengorganisasian (modal,
tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya) maka industri konveksi
termasuk di dalam kelompok Industri menengah, yaitu industri yang memiliki
ciri-ciri: modal relatif besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas,
pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya
relatif lebih luas (berskala regional).
Berdasarkan tenaga kerja yang diperlukan maka
industri konveksi termasuk di dalam kelompok Industri sedang, yaitu
industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 orang (atau 9 orang menurut
sumber lain) sampai 99 (20 orang menurut sumber lain). Ciri industri sedang
adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan
tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu
Selain pengklasifikasian industri tersebut di
atas, ada juga pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, dimana industri konveksi termasuk di dalam kelompok Industri
tekstil, yaitu industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang
kebutuhan hidup sehari-hari seperti: benang, kain, dan pakaian jadi.
Perbedaan Perusahaan Konveksi dan Perusahaan
Garment
Perusahaan konveksi dan perusahaan garment
memiliki persamaan dalam proses pengerjaan manufaktur, yang disebut CMT (Cut,
Make, Trim), yaitu: proses memotong (cutting), proses menjahit (making), dan
proses merapikan (Trimming) seperti memasang kancing, membordir dan lain
sebagainya.
Perusahaan konveksi dan perusahaan garment
memiliki perbedaan dalam proses produksinya. Di perusahaan
konveksi, semua karyawan mengerjakan proses yang sama. Ketika
sedang proses memotong kain, maka semua karyawan memotong kain saja.
Kemudian, ketika memasuki proses menjahit, maka semua karyawan menjahit, dan
seterusnya. Sedangkan di perusahaan garment, setiap karyawan mengerjakan
proses produksi secara keseluruhan, mulai dari mulai memotong sampai menjadi
satu produk pakaian utuh. Jika satu produk selesai maka dapat dilanjutkan
mengerjakan produk berikutnya.
Berbeda dengan perusahaan konveksi, perusahaan
garment memiliki jumlah pekerja dan peralatan lebih banyak sehingga dapat
memproduksi pakaian dan memenuhi permintaan lebih banyak pula. Dengan
kemampuan modal, skill dan peralatan yang lebih canggih, ada perusahaan garment
yang dapat mengerjakan sendiri proses mengolah kapas menjadi benang dan benang
menjadi kain. Dibandingkan perusahaan konveksi, perusahaan garment
memiliki segmen pasar yang lebih luas termasuk pasar global. Biasanya
perusahaan mengerjakan produksinya berdasarkan pesanan, misalnya dari merek
besar nasional dan internasional/vendor tertentu. Dengan perjanjian yang
ketat maka pesanan harus dilaksanakan tepat waktu. Perusahaan membagi
pesanan yang tidak mungkin lagi diselesaikan oleh perusahaan sendiri kepada
perusahaan yang lain. Perusahaan yang mengerjakan pesanan-pesanan yang
“disubkontrakkan” atau “dikonveksikan” ini disebut perusahaan konveksi yang
kemudian menjadi cikal bakal industri konveksi di Indonesia.
Nama-nama Perusahaan konveksi di Indonesia,
antara lain: Victory Dominion Konveksi (Bandung, Jawa Barat), Konveksi Melati
(Surakarta, Jawa Tengah), Konveksi Mitra Padila (Jakarta Timur, Gelora Konveksi
(Surakarta, Jawa Tengah), Konveksi Serikat Pekka-Pemkab Aceh Barat Daya (Kuala
Batee, Aceh Barat Daya), dan Konveksi Ababil (Madiun, Jawa Timur).
Peluang Bisnis Perusahaan Konveksi
Bisnis konveksi sangat populer di Indonesia
karena produk yang dihasilkan adalah bermacam-macam pakaian (kaos, jaket, baju,
dan sebagainya) yang merupakan kebutuhan dasar manusia sehingga peluang pasar
selalu ada. Pelaku bisnis ini dengan cepat menambah jenis produksinya
seperti topi, tas dan sepatu, mulai dari bahan baku batik sampai kulit.
Memulai bisnis ini juga cukup mudah.
Perusahaan konveksi dapat memulai bisnis konveksinya hanya dengan modal dua
atau tiga unit mesin jahit yang tidak terlalu mahal harganya di sebuah rumah
yang tidak terlalu luas. Dengan mendapatkan kesempatan mengerjakan
pesanan merek global dari perusahaan besar (garment) maka perusahaan konveksi
secara tidak langsung memasuki pasar luar negeri.
Faktor Internal
Faktor internal merupakan lingkungan internal
yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang ada didalam organisasi tetapi
biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak.
Lingkungan internal terdiri dari keuangan dan Akuntansi, SDM, Pemasaran,
Operasi, dan Penelitian/Pengembangan.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan lingkungan bisnis
yang melengkapi operasi perusahaan yang daripadanya muncul peluang dan
ancaman. Faktor ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis
makro, yang membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup.
Lingkungan industri atau lingkungan kerja
terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung berpengaruh
langsung pada perusahaan dan pada gilirannya akan dipengaruhi oleh
perusahaan. Elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok,
komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok
kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. Lingkungan kerja perusahaan
umumnya adalah industri dimana perusahaan dioperasikan.
Lingkungan bisnis makro atau lingkungan sosial
terdiri dari kekuatan umum yang tidak berhubungan langsung dengan
aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering
mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang. Perusahaan-perusahaan
besar membagi membagi lingkungan sosial dalam satu wilayah geografis menjadi
empat kategori, terdiri dari faktor ekonomi, sosiokultural, teknologi dan
politik-hukum dalam hubungannya dengan lingkungan perusahaan secara
keseluruhan.
Analisis SWOT
Analsis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (opportunities) namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan(weaknesses) dan ancaman (threats). Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan
dengan pengembangan misi tujuan, strategi dan kebijaksanaan perusahaan.
Dengan demikian perencanaan
strategi harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman). Dalam kondisi
yang ada saat ini analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal
kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses). Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT.
Gambar 1: Kerangka
SWOT, Matrik dua kali dua
PEMBAHASAN
Identifikasi Lingkungan
Internal dan eksternal
Gambar 2: Kerangka SWOT Perusahaan Konveksi
“A”
Evaluasi Faktor Internal (Matrik EFI)
Di bawah ini merupakan
hasil dari pengolahan matrik internal faktor Evaluation. Untuk menentukan
rating dan bobot merupakan hasil konsultasi dengan pemilik perusahaan.
Dan untuk penilaian nilai skor kalikan rata-rata rating dengan rata-rata
bobotnya, begitupun matrik eksternal Faktor Evaluation.
Tabel 1. Matriks Evaluasi Faktor Internal
Cara Mengisi Tabel
Daftarkan kekuatan dan kelemahan pada kolom
1. Bobot masing-masing faktor pada kolom 2 berdasarkan pengaruh yang
mungkin dari faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Bobot
total harus berjumlah 1,00. Rating masing-masing. Rating masing-masing
faktor pada kolom 3 berdasarkan respon perusahaan terhadap faktor
tersebut. Kalikan bobot masing-masing faktor dengan ratingnya untuk
mendapatkan skor terbobot (bobot x rating) dari masing-masing faktor pada kolom
4. Akumulasi skor terbobot untuk mendapatkan skor terbobot total untuk
perusahaan pada kolom 4. Hal ini menginformasikan bagaimana perusahaan
merespon faktor-faktor strategis di dalam lingkungan internalnya.
Evaluasi
Faktor Eksternal (Matrik EFE)
Matrik Evaluasi Faktor
Eksternal digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan
berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan.
Tabel 2: Matrik Evaluasi Faktor Eksternal
Cara Mengisi Tabel
Daftarkan Peluang dan Ancaman pada kolom
1. Bobot masing-masing faktor pada kolom 2 berdasarkan pengaruh yang
mungkin dari faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Bobot
total harus berjumlah 1,00. Rating masing-masing. Rating masing-masing
faktor pada kolom 3 berdasarkan respon perusahaan terhadap faktor tersebut.
Kalikan bobot masing-masing faktor dengan ratingnya untuk mendapatkan skor
terbobot (bobot x rating) dari masing-masing faktor pada kolom 4.
Akumulasi skor terbobot untuk mendapatkan skor terbobot total untuk perusahaan
pada kolom 4. Hal ini menunjukkan seberapa baik perusahaan menanggapi
faktor-faktor strategis di dalam lingkungan eksternalnya.
Matrik Space Analisis
Selanjutnya setelah
menggunakan model analisis Matrik IE, perusahaan itu dapat menggunakan
Matrik Space untuk mempertajam analisisnya. Tujuannya adalah agar
perusahaan dapat melihat posisinya dan arah
perkembangan selanjutnya. Berdasarkan Matrik Space, Analisisdapat
memperlihatkan dengan jelas garis yang bersifat positif baik untuk kekuatan
Keuangan (KU) maupun kekuatan industri (KI).
Hal ini menunjukan bahwa perusahaan itu secara finansial
relatif cukup kuat sehingga dia dapat mendayagunakan kompetitifnya
secara optimal melalui tindakan yangcukup agresif untuk
merebut pasar.
Tabel 3: Matrik Space Analisis
Gambar 3: Hasil pengolahan Matrik Space
Matrik SWOT
Kita dapat membuat
sekumpulan strategi yang mungkin bagi perusahaan konveksi berdasarkan
kombinasi tertentu dari empat kumpulan faktor tersebut. Kita menghasilkan
Strategi SO dengan memikirkan cara-cara tertentu yang perusahaan dapat
menggunakan kekuatan-kekuatannya untuk mengambil manfaat dari peluang-peluang
yang ada. Kita mempertimbangkan kekuatan-kekuatan perusahaan untuk
menghindari ancaman-ancaman untuk mendapatkan Strategi ST. Kita
mengembangkan Strategi WO untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada
dengan mengatasi berbagai kelemahan perusahaan. Akhirnya kita mendapatkan
Strategi ST sebagai strategi bertahan untuk meminimasikan kelemahan dan
menghindari ancaman
Gambar 4: Matriks SWOT (TOWS)
PENUTUP
Kesimpulan
1. Faktor
internal perusahaan konveksi adalah (1) peralatan yang digunakan semi
tradisional, perluasan perusahaan terbatas, iklan dan promosi tidak rutin,
R&D masih dilakukan manual dan kurang mengglobal (Kelemahan); dan (2) top
manager berpengalaman, pangsa pasar tinggi, perusahaan terbuka bagi
mahasiswa, lokasi strategis dan berorientasi internasional (kekuatan).
2. Faktor
eksternal perusahaan konveksi adalah (1) cepatnya pertumbuhan penduduk,
kemajuan teknologi, perubahan ngaya hidup masyarakat, konsumen yang
loyal, hubungan baik dengan pemasok (Peluang); dan (2) Pesaing baru,
peraturan pemerintah, kenaikan BBM, perekonomian tidak stabil, dan persediaan
bahan baku langka (ancaman)
3. Berdasarkan
analisa SWOT dengan mengevaluasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan
matrik EFI dan EFE dan diformulasikan kedalam matrik space bahwa posisi perusahaan pada saat
ini berada pada posisi yang Agresif.
DAFTAR PUSTAKA
Hunger,
J. David. and Wheelen, Thomas L. 2000. Manajemen Srategis.
Prentice Hall.
Jauch,
Lawrence R. and Glueck, William F. 1988. Manajemen Strategis
dan Kebijakan Perusahaan. Terjemahan Henry Sitanggang. 1997
Jakarta. Penerbit Erlangga.
Winarni.
Wisnubroto, Petrus. and Suyatno, Perencanaan Strategi Pemasaran melalui
Metode SWOT dan BCG guna menghadapi Persaingan dan Menganalisis Peluang
Bisnis. Jurnal diterbitkan. Jogyakarta: Institut Sains dan
Teknologi AKPRIND Jogyakarta.
Ahirra,
Anne Bisnis Konveksi, Peluang usaha yang Tidak ada Matinya. Melaluihttp://AnneAhira.com
Sajo,
Daud. Oktober 2009. Klasifikasi Industri. Melalui http://geografi-bumi.blogspot.com/2009/10/klasifikasi-industri.html
Iru.
28 Juli 2011. Konveksi VS Garment. www.pakarkonveksi.info/2011/07/konveksi-vs-garment.html
Start,
Daniel. and Hovland, Ingie. A Handbook for Researchers. New Wave, (2002: 170)
http://jalaludinega.blogspot.co.id/2012/03/mengidentifikasi-faktor-internal-dan.html
Komentar
Posting Komentar