ANALISIS LAPORAN KEUANGAN, KINERJA, DAN KEPATUHAN ATAS ENTITAS KOMERSIAL, NIRLABA DAN ETAP
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN, KINERJA,
DAN KEPATUHAN ATAS ENTITAS KOMERSIAL, NIRLABA DAN ETAP
Apakah Shenanigans (Kejahatan) Keuangan?
Shenanigans
keuangan adalah tindakan yang dirancang untuk menyenbunyikan atau mendistorsi
kinerja keuangan atau kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen
dengan tujuan menyesatkan investor tentang kinerja keungan perusahaan atau
kesehatan ekonomi. Akibatnya, investor sering tertipu untuk percaya bahwa
pendapatan perusahaan yang besar, arus kas yang lebih kuat, dan kondisi neraca
yang lebih aman dari sebenarnya terjadi. Beberapa shenanigans dapat dideteksi melalui jumlah yang disajikan pada
laporan keuangan perusahaan seperti neraca, laporan laba rugi dan laporan arus
kas. Adapun pengklasifikasian kejahatan keuangan (shenanigans) menjadi tiga kelompok besar antara lain Shenanigans Manipulasi Laba, Shenanigans Arus Kas, dan Key Metrik Shenanigans. Shenanigans dipandang perlu disebabkan
oleh berbagai hal, antara lain sebagai berikut:
- Shenanigans merupakan ganjaran (faktor keserakahan).
- Dapat meningkatkan kinerja yang berhubungan dengan bonus.
- Dapat mencegah outcome negatif (fear factor).
- Dapat membantu perusahaan mendapatkan pembiayaan.
- Dapat menghilangkan persepsi pasar negatif.
- Dapat membantu perjanjian pembiayaan perusahaan.
- Shenanigans sangat mudah untuk dilakukan.
- Terkadang berfungsi sebagai jebakan.
Adapun jenis-jenis perusahaan yang paling
memungkinkan melakukan Shenanigans
antara lain sebagai berikut:
- Perusahaan dengan lingkungan pengendalian yang lemah.
- Perusahaan dengan pertumbuhan cepat tetapi kecil.
- Perusahaan publik yang baru.
- Perusahaan swasta.
Shenanigans Manipulasi Laba
Investor menilai tegas perusahaan eksekutif
ketika perusahaan tersebut gagal untuk memenuhi ekspektasi pendapatan pada saat
pelaporan kuartalan. Harga saham sering menderita penurunan dramatis ketika
pendapatan dilaporkan tak sesuai harapan. Tidak mengherankan, jika kemudian
untuk mengarahkan harga saham (dan paket kompensasi eksekutif) yang lebih tinggi,
beberapa perusahaan terlibat dalam berbagai kejahatan untuk memanipulasi laba.
Ada 7 Shenanigans manipulasi laba
(EM) menurut Scilit’s yang mengakibatkan kekeliruan pendapatan perusahaan
berkelanjutan.
- Mengakui pendapatan terlalu dini.
- Mengakui pendapatan fiktif.
- Mendongkrak pendapatan dengan one time gains.
- Mengalihkan beban ke periode sebelumnya atau ke periode yang akan datang.
- Tidak mengungkapkan semua liabilities.
- Mengalihkan pendapatan yang sekarang ke periode yang akan datang.
- Mengalihkan beban di masa yang akan datang ke periode sekarang.
Shenanigans Arus Kas
Banyaknya
skandal pelaporan keuangan dan penyajian kembali laba dalam beberapa tahun
terakhir telah menimbulkan banyak pertanyaan pada investor, apakah laba yang
dilaporkan bisa bebas dari manipulasi manajemen. Investor telah memperluas
fokus mereka untuk menyertakan Laporan Arus Kas khususnya bagian yang menyoroti
arus kas dari operasi (CFFO). Investor mulai memendam kecurigaan tentang
pelaporan keuangan perusahaan: bahwa manajemen sekarang memainkan trik untuk
mencemari arus kas dari operasi. Sayangnya, kecurigaan ini dijalankan dengan
baik. Investor tidak bisa lagi percaya bahwa manajemen akan melaporkan arus kas
jujur dan tanpa kebijaksanaan. Untuk membantu investor menavigasi penipuan arus
kas, Scilit’s telah mengidentifikasi empat Shenanigans
Arus Kas (CF) berikut yang dapat mengakibatkan kekeliruan dari kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan arus kas dari operasinya:
- Mengalihkan Pembiayaan Arus Kas masuk pada Bagian Operasi.
- Mengalihkan Arus Kas keluar operasi normal untuk Bagian Investasi.
- Menggembungkan Operasi Arus Kas dengan menggunakan Akuisisi atau Pelepasan.
- Meningkatkan Arus Kas Operasi dengan menggunakan aktivitas yang tidak berkelanjutan.
Key Metrik Shenanigans
Secara
umum manajemen menghadapi beberapa pembatasan di bawah aturan akuntansi
(disebut GAAP, atau prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum) tentang
bagaimana menyajikan laporan keuangan kepada investor. Untuk memotong banyak
pembatasan tersebut dan memakai spin positif, manajemen telah menjadi lebih
aktif dan menipu dalam menciptakan dan memanipulasi kunci metrik non-GAAP untuk
memberi kesan kepada investor. Kekeliruan pelaporan keuangan tersebut cenderung
tidak benar menyoroti pertumbuhan yang kuat dan konsisten serta sehat tidaknya
perusahaan.
Profit
akuntansi adalah hasil dari akuntansi akrual (dan subjek dari manipulasi). Oleh
karena itu, harus melihat laporan arus kas dan laporan laba rugi bersama-sama.
Arus
kas operasi, dapat ditinjau dengan:
a. Pengukuran
kinerja operasi pada basis kas (laba bersih dilakukan pada basis akrual). Hal
ini dengan mengabaikan penjualan yang disebabkan oleh tindak lanjut keberadaan
uang. Selain itu juga dengan mengabaikan beban atas kepemilikan aset.
b. Pengukuran
quality of earnings, dengan membandingkan CFFO dengan Net income. Jika Net
Income positif, sedangkan CFFO negatif (tahun demi tahun) maka bisa disimpulkan
terdapat masalah. Begitu pula jika CFFO lebih kecil dari Net income. Bagian ini
merupakan perbandingan yang penting dalam pembentukan perusahaan yang
penjualan, piutang dan persediaan umumnya tidak berfluktuasi dengan cepat.
c. Analisis
arus kas dapat membantu dalam hal memprediksi kebangkrutan. Mungkin melihat
CFFO negatif selama bertahun-tahun sedangkan pendapatan yang positif, mungkin
hasil dari membludaknya piutang.
Fraud (Kecurangan)
Fraud
dapat dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang yang dapat dipercaya. Kemungkinan besar suatu fraud terjadi ketika lingkungan
pekerjaan integritasnya lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan
akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang besar, maka tidak dapat dipungkiri
seseorang akan melakukan ketidak jujuran.
Pelaku kecurangan dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu manajemen dan karyawan/pegawai. Pihak
manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan perusahaan, contoh
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatements
arising from fraudulent financial reporting). Sedangkan karyawan/pegawai
melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu, misalnya salah saji
yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements
arising from misappropriation of assets).
Kecurangan
pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi terhadap
prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap
pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities
(ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan
manajemen (management fraud), misalnya berupa: manipulasi, pemalsuan, atau
pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan
sumber penyajian laporan keuangan. Kesengajaan dalam salah menyajikan atau
sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau
informasi penting dari laporan keuangan.
Kecurangan
penyalahgunaan aktiva biasanya disebut kecurangan karyawan (employee fraud). Salah saji yang berasal
dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva perusahaan yang
mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan
yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang
kelemahan pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap
tindakan tersebut. Contoh dari kecurangan karyawan (employee fraud) mengacuh pada Sawyers dalam “The Practice of Modern Internal Audit” yang telah dialih bahasakan
oleh Amin Widjaja, ada beberapa bentuk kecurangan karyawan, antara lain :
- Pemalsuan cap stempel
- Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang-barang dan perlengkapan lainnya
- Mengambil sejumlah kecil uang kas dari mesin kasir
- Tidak mencatat penjualan barang dan mengantongi uangnya
- Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang pencatatan
- Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunakan uang muka untuk kepentingan pribadi
- Memutar penagihan atas rekening pelanggan
- Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya
- Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu
- Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari uang
Mengacu
pada Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), berdasarkan pihak yang menjadi korban, fraud dikelompokkan menjadi:
- Fraud yang mengakibatkan perusahaan atau organisasi menjadi korban.
- Fraud yang dilakukan oleh manajemen – korban dari fraud jenis ini adalah pemegang saham dan pemberi pinjaman dari suatu organisasi atau perusahaan.
- Penipuan investasi dan penipuan pelanggan lainnya – korban dalam fraud jenis ini adalah pihak – pihak yang kurang berhati – hati atau kurang pengetahuan.
- Kecurangan lain–korban dari fraud jenis ini tidak memiliki batasan golongan.
Tekanan (Pressure)
Tekanan
merujuk pada sesuatu hal yang terjadi pada kehidupan pribadi pelaku yang
memotivasinya untuk mencuri. Biasanya motivasi tersebut timbul karena masalah
keuangan, tetapi ini dapat menjadi gejala dari faktor-faktor tekanan lainnya,
sehingga tekanan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: tekanan dari faktor
keuangan (financial), dan tekanan
dari faktor sosial (non financial).
- Financial Pressures
Masalah
keuangan yang dialami pelaku dapat dipecahkan dengan mencuri uang atau aset
lainnya. Berikut faktor-faktor dari tekanan keuangan :
a. Greed.
Keserakahan seseorang akan kekayaan dapat memicu orang tersebut bertindak
curang karena merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki.
b. Gaya
hidup mewah
c. High personal debts.
Hutang yang menumpuk dapat membuat seseorang tertekan. Ketertekanan akan
semakin tinggi ketika hutang tersebut tidak dapat dilunasi, sehingga akan
menghalalkan segala cara untuk dapat melunasinya.
d. High medical bills.
Ketika calon pelaku kecurangan mengalami masalah kesehatan dan membutuhkan
biaya pengobatan yang tinggi, sedangkan si calon pelaku tidak mempunyai cukup
dana, maka dari tekanan biaya tersebut akan mendorong tindakan kriminal/ curang
sebagai cara memenuhi biaya tersebut.
e. Kerugian
keuangan yang tak terduga.
- Social Pressure
Tekanan yang berasal dari faktor non-keuangan
diantaranya :
a.
Vice
Pressure
b. Kebiasaan
berjudi (gambling), drugs dan alcoholic (peminum berat) dapat
menciptakan keinginan keuangan yang besar agar supaya mendukung
kebiasaan-kebiasaan tersebut. Hal ini menciptakan hubungan tekanan dengan aspek
ini sebagai fraud triangle.
c.
Work
related
-
Seseorang akan merasa tertekan ketika
performa pekerjaan kurang diakui dan dinilai secara adil oleh manajemen
-
Kepuasan atas pekerjaannya
-
Takut akan kehilangan pekerjaannya
-
Tertekan karena ingin mendapatkan
promosi
-
Merasa digaji rendah oleh perusahaan
- Other Pressure
a. Perubahan
perilaku secara signifikan, seperti: easy
going, tidak seperti biasanya.
b. Sedang
mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja
c. Tertantang
untuk merusak atau membobol sistem
d. Krisis
keuangan yang tak terduga
Rationalization (Justifikasi melakukan kecurangan)
Rasionalisasi
adalah komponen kecurangan yang paling krusial. Rasionalisasi menjadi elemen
penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas
tindakannya, misalnya:
- Tidak akan ada orang lain yang terluka.
- Saya berhak mendapatkan sesuatu yang lebih.
- Tindakan kecurangan yang ia lakukan bertujuan baik.
- Sesuatu yang menjadi kepuasaannya jika ia bertindak curang.
- Semua orang melakukan itu, jadi saya melakukannya juga .
- Orang-orang tidak mampu dan tidak peduli tentang konsekuensi atas tindakan atau atas pelakunya yang tidak jujur.
- Pelaku percaya bahwa jika mereka bertindak curang, mereka tidak akan kehilangan keluarga, uang dan kekayaannya.
- Ketidakpuasan pekerjaan akan sesuatu hal yang berhubungan dengan gaji,lingkungan pekerjaan, perhatian yang diberikan oleh manajer, membuat pelaku berpikiran bahwa perusahaan berhutang kepada dia.
- Saya hanya meminjam uang perusahaan saja, nanti akan saya kembalikan. 10. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.
- Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dan keuntungan tersebut.
Untuk
menjelaskan kenapa rasionalisasi memberikan kontribusi terhadap terjadinya
kecurangan, karena rasionalisasi akan memberikan suatu pembenaran tentang apa
saja yang kita lakukan dengan tujuan untuk memuaskan diri sendiri, meskipun
tidak memiliki alasan yang kuat dan pembenaran tersebut juga tidak dapat
dipertanggungjawabkan baik dari segi moral maupun etika.
Kesempatan (Opportunity)
Pelaku
kecurangan selalu memiliki pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan tindakan
tersebut agar tindakan itu tidak dapat terdeteksi. Cressey berpendapat ada dua
komponen dari peluang, yaitu :
- General information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung trust (kepercayaan), dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Pengetahuan ini diperoleh pelaku dari apa yang ia dengar atau lihat, misalnya dari pengalaman orang lain yang melakukan fraud dan tidak ketahuan atau tidak dihukum atau terkena sanksi.
- Technical skill atau keahlian/keterampilan
Keahlian/keterampilan
yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan tersebut. Ini biasanya keahlian
atau keterampilan yang dipunyai orang itu dan yang menyebabkan ia mendapat
kedudukan tersebut.
Selain
itu, faktor yang menciptakan kesempatan adalah lemahnya pengendalian internal (internal controls) yang telah ada pada
perusahaan. Committee of Sponsoring
Organizations (COSO) dan mengidentifikasikan lima komponen pengendalian
intern yang saling berhubungan, yaitu :
- Lingkungan Pengendalian (control environment)
Faktor
pembentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas dapat berupa integritas
dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit,
filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang
dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
- Penilaian Resiko (risk assessment)
Penilaian
resiko oleh manajemen harus mencakup pertimbangan khusus atau resiko yang dapat
muncul dari perubahan kondisi lingkungan operasi, personel baru, sistem
informasi yang baru atau dimodifikasi, pertumbuhan yang cepat, teknologi baru,
restrukturisasi perusahaan, operasi di luar negri, pernyataan akuntansi, dan
lini, produk, atau aktivitas baru.
- Informasi dan Komunikasi (information and communication system)
Sistem
akuntansi yang efektif harus mencatat transaksi yang valid dan benar-benar
terjadi, otorisasi yang tepat, penyajian secara tepat dalam laporan keuangan.
- Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas
pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan
dalam berbagai cara, yaitu pemisahan tugas, pengendalian pemrosesan informasi,
pengendalian fisik, review kerja.
- Pemantauan (monitoring)
Pemantauan
dapat dilaksanakan melalui aktivitas yang berkelanjutan (on going activities)
dan melalui pengevaluasian periodik secara terpisah.
Kecurangan Laporan Keuangan (Financial statement fraud)
Kecurangan
dalam laporan keuangan antara lain berupa mempublikasikan secara sengaja
terhadap informasi yang palsu dari bagian suatu laporan keuangan. Kecurangan
ini biasanya terjadi ketika sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi dari yang
sebenarnya (overstates) terhadap
asset atau pendapatan, atau ketika perusahaan melaporkan lebih rendah dari yang
sebenarnya (understates) terhadap
kewajiban dan beban. Sering kali para pemegang saham, karyawan dan investor
tidak mengetahui sepenuhnya dari ketidakjelasan terhadap nilai asset perusahaan
dan adanya kewajiban jika terjadi suatu kecurangan.
Sebagian
besar dari skandal kecurangan yang terjadi pada tahun 2002 di USA yang menyebabkan
lahirnya Sarbanes-Oxley Act termasuk kecurangan yang terjadi di perusahaan
raksasa, Enron dan WorIdCom adalah berupa kecurangan terhadap laporan keuangan.
Skema kecurangan yang mereka lakukan tergolong rumit, namun pada akhirnya
motifnya relatif serupa, yaitu: menyebabkan kerugian besar terhadap pemegang
saham dan timbulnya utang kepada kreditur, belum lagi menyebabkan trauma kepada
karyawan dimana mereka kehilangan pekerjaan dan dana pensiun.
Pada
2008 Laporan yang disampaikan kepada lembaga Pencegahan terhadap Kecurangan dan
Penyalahgunaan Wewenang yang diterbitkan oleh Associat ion of Certified Fraud Examiners, perusahaan-perusahaan
USA menderita kerugian rata-rata sebesar $2 juta yang disebabkan terjadinya
skema kecurangan tersebut. Dalam Laporan tersebut menyatakan bahwa bentuk
kecurangan sangat berbeda dari jenis kecurangan yang lazim karena tipe tujuan
dari kecurangan yang terjadi tidak secara langsung memperkaya si pelaku, tetapi
untuk menyesatkan kepada pihak ketiga (investor, pemilik, regulator, dan
lain-lain) seperti kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau 19
menyangkut kelangsungan hidup dari suatu organisasi.
Dengan
kata lain, biasanya pelakunya adalah oleh manajer perusahaan yang memanipulasi
kemampuan yang bersifat ekonomi suatu perusahaan dengan menutupi hutang yang
jumlahnya yang sangat besar atau hilangnya aktiva yang lain. Para pihak
manajemen memperoleh keuntungan seacara langsung dari terjadinya kecurangan
dengan menjual saham, menerima bonus atas kinerja yang dipalsukan, atau dengan
menggunakan laporan palsu untuk menyembunyikan tindakan curang lainnya. Manfaat
secara tidak langsung yang diperoleh pihak manajemen dari adanya kecurangan
terhadap laporan keuangan tersebut dimana cara ini digunakan untuk memperoleh sumber
dana atas nama perusahaan, atau untuk melakukan penggelembungan harga jual
perusahaan.
Setiap
usaha untuk mencegah kecurangan atas laporan keuangan harus fokus pada tiga
faktor sebagai berikut :
- Mengurangi tekanan situational yang mendorong terjadinya kecurangan
a. Hindari
penetapan tujuan keuangan yang tidak mungkin dicapai.
b. Hilangkan
tekanan yang berasal eksternal yang mungkin dapat menggoda staf akuntansi untuk
menyiapkan kejahatan terhadap laporan keuangan.
c. Pengendalian modal kerja, kelebihan volume
produksi, atau pengendaiian terhadap inventaris.
d. Menetapkan dengan jelas dan prosedur akuntansi
yang seragam tanpa adanya klausul pengecualian.
- Mengurangi peluang untuk melakukan kecurangan
a. Menjaga
keakuratan dan kelengkapan catatan akuntansi internal.
b. Hati-hati
dalam memonitor transaksi bisnis dan hubungan yang bersifat pribadi dari
pemasok, pembeli, agen pembelian, perwakilan penjualan, dan pihak lain-lain
yang berhubungan dalam bertransaksi diantara unit-unit keuangan.
c. Menetapkan
sebuah sistem keamanan yang bersifat fisik untuk memastikan aset perusahaan,
termasuk barang jadi, uang tunai, peralatan modal, peralatan, dan barang-barang
lainnya yang berharga.
d. Pembagian
fungsi penting diantara karyawan, memisahkan adanya pengendalian penuh yang berada
pada satu orang.
e. Menjaga keakuratan catatan pegawai termasuk
memeriksa latar belakang pada karyawan baru.
f. Mendorong
pengawasan yang kuat dan hubungan kepemimpinan yang kuat dalam kelompok untuk
menjamin penegakan prosedur akuntansi.
- Mengurangi rasionalisasi dari adanya kecurangan untuk memperkuat integritas karyawan
a. Para manajer harus mempromosikan kejujuran
dengan memberikan contoh. Tindakan tidak Jujur oleh manajemen, bahkan jika
mereka akan diarahkan pada sasaran di luar organisasi, menciptakan lingkungan
yang tidak jujur dapat digunakan untuk merasionalisasikan kegiatan bisnis yang
tidak sah lainnya oleh karyawan atau pihak eksternal.
b. Perilaku
jujur dan tidak jujur harus didefinisikan dalam kebijakan perusahaan. Kebijakan
akuntansi oleh Organisasi harus berkaitan dengan prosedur akuntansi yang dapat
dipertanyakan atau bersifat controversial.
c. Konsekuensi
terhadap pelanggaran aturan dan ketentuan untuk hukuman dari pelaku kecurangan
harus tertulis dengan jelas dan dikomunikasikan.
DAFTAR RUJUKAN
Albrecht,
W. Steve and Chad 0. Albrecht, 2003, Fraud Examination, New York: Thomson
South-Western.
Bologna dan Lindquist, Fraud Auditing and Forensic Accounting, 1995, New York:
John Wiley & Sons, 1995)
M.
Romney, W.S. Albrecht, and D.J. Cherrington, 1980, "Auditors and the
Detection of Fraud", New York: Pearson-Prentice Hall.
Schilit,
Howard. M., Perler, Jeremy (2010). Financial Shenanigans: How to Detect
Accounting Gimmicks and Frauds in Financial Reporting, 3rd ed. McGraw-Hill.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusc670y5tcgrh075 Bullets And Eggs,dildo,sex chair,huge dildos,sex chair,silicone sex doll,glass dildos,adult sex toys,sex toys v321y0pevqb159
BalasHapus