ANGGARAN PERUSAHAAN ( Anggaran Bahan Baku)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Semakin banyaknya masalah
menyebabkan banyak kegiatan harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang
cermat. Anggaran salah satu bentuk dari berbagai rencana yang mungkin disusun,
meskipun tidak setiap rencana dapat disebut sebagai anggaran. Anggaran perusahaan
mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Perusahaan sebagai salah satu unit ekonomi
perlu memiliki program yang tepat. Perusahaan sebagai lembaga ekonomi umumnya
mengejar keuntungan, dan karenannya menggunakan kriteria efisiensi sebagai alat
pengukurnya. Karena itulah perusahaan membutuhkan alat perencana dan pengendali
keuntungan. Dalam hal ini anggaran perusahaan berfungsi sebagaimana RAPBN bagi
pemerintah dalam merencanakan dan mengendalikan program pembangunan ekonomi.
Dalam suatu perusahaan, bahan baku
merupakan salah satu elemen yang penting karena bahan baku menjadi dasar
berlangsungnya suatu produksi. Perusahaan harus selalu mempertimbangkan secara
masak tentang berapa besarnya jumlah bahan baku yang harus ada sebelum memulai
suatu kegiatan produksi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan
pengendalian terhadap bahan baku maupun biaya yang ditimbulkan. Untuk menjaga
kelancaran produksi harus dipertimbangkan secara matang mengenai tersediannya
bahan baku agar dapat memenuhi keperluan produksi jangka pendek maupun jangka
panjang.
Dalam pengendalian bahan baku, salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh perusahaan adalah dengan membuat anggaran pembelian bahan baku.
Bahan baku dapat dianggarkan dalam satuan (unit) uang. Anggaran pembelian bahan
baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan
dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama
dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
1.2. Rumusan
Masalah
1.2.1. Apa pengertian dari anggaran
bahan baku ?
1.2.2. Apa tujuan penyusunan
anggaran bahan baku ?
1.2.3. Apa saja jenis - jenis
anggaran bahan baku ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui anggaran
bahan baku
1.3.2. Untuk mengetahui tujuan
penyusunan anggaran bahan baku
1.3.3. Untuk mengetahui jenis -
jenis anggaran bahan baku
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Bahan Baku
Dalam
pengendalian bahan baku, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan
adalah dengan membuat anggaran pembelian bahan baku. Bahan baku dapat
dianggarkan dalam satuan (unit) uang. Anggaran pembelian bahan baku berisi
rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode
waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah
dan waktu pembelian.
Anggaran Bahan Baku
adalah semua anggaran
yang berhubungan dan merencanakan secara lebih
terperinci tentang penggunaan
bahan baku untuk proses produksi selama periode yang
akan datang. Bahan baku yang
digunakan dalam proses
produksi dikelompokkan menjadi Bahan Baku Langsung (Direct Material) dan Bahan Baku Tak Langsung (Indirect
Material). Bahan baku langsung adalah
semua bahan baku yang
merupakan bagian barang yang jadi
yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan
untuk membeli bahan baku langsung ini mempunyai hubungan yang erat
dan sebanding dengan jumlah
barang jadi yang
dihasilkan. Sehingga biaya bahan
baku langsung merupakan
biaya variable bagi perusahaan. Bahan baku
tak langsung adalah bahan
mentah yang ikut berperan
dalam proses produksi, tetapi
tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang
dihasilkan. Seandainya barang jadi yang
dihasilkan adalah meja dan kursi kayu
merupakan bahan baku
baku langsung, sedangkan
paku dan cat merupakan bahan baku tak langsung.
Anggaran bahan
baku hanya merencanakan
kebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung. Bahan mentah
tak langsung akan
direncanakan dalam anggaran biaya
overhead pabrik.
Ø Fungsi Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu :
Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu :
- Sebagai dasar untuk menyusun budget pembelian bahan mentah, jumlah satuan bahan mentah yang dibeli ditentukan oleh beberapa banyak satuan bahan mentah yang dibutuhkan oleh berapa banyak satuan bahan mentah dibutuhkan dalam proses produksi.
- Sebagai dasar untuk menyusun anggran biaya bahan mentah besarnya biaya bahan mentah ditentukan oleh berapa banyak satuan bahan mentah tersebut dibutuhkan untuk proses produksi.
- Sebagai Data dan informasi untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan mentah
Ø Manfaat Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :
Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :
a. Sebagai pedoman kerja.
b. Sebagai alat untuk menciptakan koordinasi kerja.
c. Sebagai alat untuk melakukan pengawasan kerja.
b. Sebagai alat untuk menciptakan koordinasi kerja.
c. Sebagai alat untuk melakukan pengawasan kerja.
Ø Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran
Kebutuhan Bahan Baku
Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan baku adalah:
Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan baku adalah:
- Rencana produksi yang tertuang dalam anggaran yang akan diproduksi. Khususnya tentang jumlah dari masing-masing jenis barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode tertentu.
- Berbagai standar pemakaian bahan baku dari masing-masing bahan baku untuk proses produksi, yang ditetapkan dan berlaku di perusahaan. Standar pemakaian bahan baku diperlukan untuk mengendalikan efisiensi pemakaian bahan baku (controlling).
Ada 2 metode yang menetapkan standar data dan
informasi dalam perusahaan, yaitu:
a.
Data
historis atau data pengalaman diwaktu-waktu yang telah lalu.
Caranya adalah dengan melihat jumlah unit yang
dihasilkan di suatu waktu yang lalu dan kemudian membandingkan dalam satuan
jumlah satuan unit bahan mentah yang habis terpakai untuk waktu produksi pada
bulan tersebut, maka dari hasil itu dapat diketahui penggunaan bahan mentah
rata-rata untuk unit produk.
b.
Data
penelitian khusus. Pada data penelitian khusus dengan mengabaikan data
pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Cara ini misalnya dapat dilakukan
dengan :
- Mengukur secara fisik barang jadi yang telah selesai diproduksi, agar dapat diketahui jumlah satuan unit bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan produk tersebut. Misalnya PT. Charisma yang bergerak dalam produksi mebel akan menghasilkan meja dan kursi. Maka, hal yang dilakukan adalah mengukur meja dan kursi yang telah selesai diproduksi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan bahan baku berupa kayu yang dipakai.
- Melakukan penelitian dan pengukuran secara laboratories terhadap produk yang dihasilkannya. Hal ini biasanya dipakai pada barang atau produk yang tidak mudah diukur penggunaan bahan baku secara visual, tanpa bantuan alat khusus, Misal obat-obatan, minuman, kosmetik, dll.
- Mengadakan percobaan-percobaan proses produksi secara efisien, sambil diukur pemakaian bahan mentahnya.
2.2. Tujuan Penyusunan
Anggaran Bahan Baku
Secara
ringkas tujuan penyusunan angaran bahan baku, antara lain :
1. Memperkirakan
jumlah kebutuhan bahan baku
2. Memperkirakan
jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan
3. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan
Untuk melaksanakan pembelian
bahan baku.
4. Sebagai
dasar penyusunan biaya produksi, yakni
memperkirakan komponen
harga pokok pabrik
karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
5. Sebagai
dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
2.3. Jenis - jenis Anggaran Bahan Baku
Anggaran
Bahan Baku ini terdiri dari empat jenis anggaran, yaitu :
2.3.1. Anggaran Kebutuhan
Bahan Baku (Unit of
Direct Materials Used Budget)
Anggaran Kebutuhan
Bahan Mentah disusun
untuk merencanakan jumlah fisik
bahan baku langsung
yang diperlukan, bukan
nilainya dalam rupiah.
Secara
terperinci anggaran ini harus dicantumkan :
a. Jenis
barang jadi yang dihasilkan.
b. Jenis
bahan baku yang digunakan.
c. Bagian-bagian
yang dilalui dalam proses produksi.
d. Standar
penggunaan bahan baku.
e. Waktu
penggunaan bahan baku.
Standar penggunaan bahan (SP) adalah bilangan yang
menunjukkan berapa satuan bahan baku yang diperlukan untuk
menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.
Contoh
:
Standar Penggunaan
= 2, untuk
barang jadi A
dan bahan baku
X. Artinya
untuk
menghasilkan unit barang A diperlukan 2 unit bahan baku X.
Manfaat
dari anggaran kebutuhan bahan baku berguna
sebagai dasar untuk
penyusunan Anggaran Pembelian
Bahan Baku dan
Angaran Biaya Bahan Baku.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi penyusunan kebutuhan anggaran bahan baku, yaitu:
ü Anggaran Unit
yang akan Diproduksi,
khususnya rencana tentang
jenis (kualitas) dan jumlah
(kuantitas) barang yang
akan diproduksi dari waktu
ke waktu selama
periode yang akan
datang. Semakin besar jumlah unit yang akan diproduksi, akan semakin besar pula
jumlah unit bahan bakunya, semakin
kecil jumlah unit
yang akan diproduksi,
akan semakin kecil pula
jumlah unit bahan
baku yang dibutuhkan
untuk proses produksi.
ü Berbagai standar
pemakaian bahan ( Standard
Usage Rate )
dari masing-masing jenis bahan
baku untuk proses
produksi yang telah ditetapkan perusahaan.
Dalam rangka mengetahui
jumlah unit bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi, pada umumnya
perusahaan telah menetapkan
standar-standar pemakaian tiap-tiap
jenis bahan baku. Untuk
menetapkan angka-angka standard
ini dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu :
1. Dengan cara yang mendasarkan diri pada data historis atau
pengalaman dari periode
waktu yang lalu.
Dengan membandingkan antara jumlah
produk yang dihasilkan
pada suatu periode
dengan jumlah bahan baku yang
digunakan untuk berproduksi pada
periode yang sama.
2. Dengan cara yang mendasarkan diri pada penelitian-penelitian
khusus di dalam pabrik atau dengan melihat angka penggunaan rata-rata yang
ditentukan secara statistik.
2.3.2. Anggaran Pembelian
Bahan Baku
Anggaran Pembelian
Bahan Baku berisi
rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan
dalam periode waktu mendatang. Ini harus
dilakukan secara hati-hati terutama
dalam hal jumlah
dan waktu pembelian.
Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan berbagai
resiko, misalnya
bertumpuknya bahan baku
di gudang yang mungkin
itu dapat mengakibatkan
penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan baku yang bergiliran
untuk diproes, atau biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar. Apabila jumlah
bahan baku yang
dibeli terlalu kecil,
juga akan mendatangkan resiko
berupa terhambatnya kelancaran proses produksi
akibat kehabisan bahan baku,
serta
timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti secepatnya.
Ø Jumlah Pembelian yang paling Ekonomis (economical order quantity).
Hal yang perlu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya
kebutuhan juga besarnya
jumlah bahan baku
setiap kali dilakukan pembelian,yang menimbulkan biaya paling rendah tetapi tidak
mengakibatkan kekurangan bahan baku. Jumlah pembelian dapat dihitung
dengan EOQ (Economical
Order Quantity). Dalam
EOQ ini dipertimbangkan 2 jenis
biaya yang bersifat varibel, yaitu :
a. Biaya
Pemesanan
Yaitu biaya - biaya
yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan pemesanan bahan baku.
Biaya ini berubah
- ubah sesuai
dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi pemesanannya semakin tinggi pula
biaya pemesannanya. Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah
(kuantitas) bahan baku
setiap kali pemesanan.
Hal ini disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap kali pemesan dilakukan,
berarti frekuensi pemesanan menjadi semakin rendah.
Contoh
: biaya - biaya
persiapan pemesanan, biaya
administrasi,
biaya pengiriman pesanan, dll.
b. Biaya
Penyimpanan
Yaitu
biaya - biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan
bahan baku yang telah dibeli. Biaya
ini juga berubah sesuai dengan
jumlah bahan baku
yang disimpan. Semakin
besar jumlah bahan baku setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan akan semakin besar pula. Jelaslah bahwa biaya penyimpanan
mempunyai sifat yang berlawanan dengan biaya pemesanan.
Contoh
: biaya pemeliharaan, biaya
asuransi, biaya perbaikan
kerusakan, dll.
Ø Waktu Pembelian Bahan
Mentah
Untuk menjaga
kelancaran proses produksi
tidak cukup ditentukan jumlah bahan baku yang dibeli. Harus ditentukan pula
kapan pemesanan bahan
baku harus dilakukan
agar bahan baku
itu dapat datang tepat pada waktu dibutuhkan. Bahan baku yang datang terlambat akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses
produksi. Kadang-kadang perlu
dicari bahan baku
pengganti agar proses produksi
tidak berhenti. Biaya-biaya
yang terpaksa dikeluarkan karena keterlambatan datangnya
bahan baku disebut Stock Out Cost.
Sebaliknya,
bahan mentah yang datangnya terlalu awal akan menimbulkan masalah pula. Harus
disediakan tempat penyimpanan dan harus
ditanggung pula biaya
pemeliharaan ekstra. Biaya-biaya
yang dikeluarkan karena bahan baku
dating terlalu awal diebut Extra Carrying Cost.
Karena itu
dalam menentukan waktu
pemesanan bahan baku
perlu diperhatikan factor
Lead Time. Lead
Time adalah jangka
waktu sejak dilakukannya pemesanan
sampai datangnya bahan
abku yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi. Setelah diperhitungkan factor
lead time, maka
akan dapat ditentukan Reorder Point. Reorder
Point adalah saat
di mana harus
dilakukan pemesanan kembali bahan
baku yang diperlukan.
Jadi untuk
merencanakan saat pemesanan
bahan baku pasa
periode mendatang, perlu diperhatikan
factor Lead Time,
Extra Carrying Cost dan
Stock Out Cost.
Dalam melakukan pengamatan
dengan data historis, harus dilakukan
terhadap beberapa data
untuk kemudian dihitung
probabilitasnya dari total pengamatan.
Ø Bentuk
Dasar Anggaran Pembelian Bahan Baku telah
diuraikan sebelumnya bahwa anggaran pembelian
bahan baku dapat disusun
apabila total kebutuhan
bahan baku untuk
suatu periode telah ditentukan,
dengan perhitungan sebagai berikut :
Persediaan Akhir xx
Kebutuhan bahan baku untuk produksi xx
+
Jumlah kebutuhan xx
Persediaan Awal xx
±
Pembelian Bahan Baku xx
Dalam
anggaran pembelian bahan baku dicantumkan :
1.
Jenis bahan yang digunakan dalam proses produksi.
2.
Jumlah yang harus dibeli.
3.
Harga per satuan bahan mentah.
2.3.3. Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam
penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Baku dan Anggaran Pembelian Bahan
Baku di muka,
tampak bahwa masalah
nilai persediaan awal dan
persediaan akhir bahan baku selalu diperhitngkan. Setiap perusahaan mempunyai kebijkasanaan dalam menilai persediaan yang
berbeda.
Tetapi pada
dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat
dikelompokkan menjadi :
1.
Kebijaksanaan FIFO (First In First Out)
2.
Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out)
Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu
digunakan untuk produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga
sering diterjemahkan Masuk
Pertama Keluar Pertama. Dengan kata
lain, penilaian bahan
baku di gudang
nilainya diurutkan menurut
urutan waktu pembeliannya.
Perlu diperhatikan dahulu
oleh perusahaan, kebijaksanaan mana yang akan dipilih. Hal penting dalam rangka penyusunan Anggaran Persediaan Bahan
Baku dan Anggaran
Biaya Bahan Baku
yang habis digunakan, karena
adanya perbedaan factor
perbedaan harga dari
waktu ke waktu. Harga
bahan baku mungkin
berbeda dari waktu
ke waktu, dan
ini perlu diperhatikan karena
nilai bahan baku
yang ada di
dalam gudang dan dipakai untuk produksi juga berbeda
dari waktu ke waktu. Karena itu harus diperhitungkan, apakah bahan
mentah digunakan secara LIFO atau FIFO.
Salah satu
tujuan penyusunan Anggaran
Perusahaan Bahan Baku adalah
untuk pengawasan, tingkat
persediaan bahan baku
di gudang yang tidak terkontrol
akan sangat membahayakan
perusahaan sendiri. Dengan mendasarkan diri
pada Anggaran Persediaan
Bahan Baku, maka
dapat dilihat apakah penggunaan bahan baku dan bahan baku yang tersisa
sebagai persediaan sesuai dengan rencana semula ataukah terjadi penyimpangan. Besarnya bahan
baku yang harus tersedia
untuk kelancaran proses produksi tergantung pada beberapa
factor, seperti :
1. Volume produksi selama satu
periode waktu tertentu
(dapat dilihat pada
Anggaran
Produksi).
2. Volume Bahan
Baku Minimal, yang
disebut safety stock
(persediaan besi).
3. Besarnya pembelian
yang ekonomis.
4.Estimasi tentang
naik turunnya harga
bahan baku pada
waktu-waktu mendatang.
5. Biaya-biaya
penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
6. Tingkat kecepatan
bahan baku rusak.
Ø Persediaan Besi
Persediaan besi
adalah persediaan minimal bahan
baku yang harus dipertahankan untuk menjamin
kelangsungan proses produksi. Di muka telah disinggung sedikit bahwa
persediaan bahan besi merupakan
salah satu factor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan saat dilakukannya pemesanan bahan baku (Re
Order Period).Besarnya persediaan besi
ditentukan oleh beberapa
factor, antara lain :
1. Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan,
apakah selalu tepat pada
waktunya atau tidak.
Apabila leveransir selalu tepat
waktu dalam menyerahkan
pesanan kita maka
resiko kehabisan bahan mentah
relative kecil, sehingga
persediaan besi tidak terlalu
besar. Sebaliknya, bila
leveransir biasanya terlambat datang maka resiko kehabisan bahan
mentah terlalu besar, sehingga perlu ada persediaan besi yang besar pula.
2. Jumlah
bahan baku yang
dibeli setiap kali
pemesanan. Apabila jumlah bahan
baku yang dibeli
besar, maka persediaan
rata-rata di atas persediaaan
besi besar pula,
sehingga resiko kehabisan
bahan baku relative kecil, begitu pula sebaliknya.
3. Dapat
diperkirakan atau tidaknya
kebutuhan bahan baku
secara tepat. Bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah
kebutuhan bahan baku secara
tepat, maka resiko
kehabisan bahan baku kecil
(karena bahan baku
yang dibutuhkan sudah
disediakan sepenuhnya), begitu pula sebaliknya.
4. Perbandingan antara
biaya penyimpanan bahan
baku dan biaya ekstra
karena kehabisan bahan
baku. Apabila biaya
penyimpanan tampak lebih besar
daripada biaya ekstra
akibat kehabisan bahan baku
maka tidak perlu
adanya persediaan besi
yang terlalu besar, begitu pula
sebaliknya.
Ø Bentuk Dasar Anggaran Persediaan
Bahan Baku
Dalam Anggaran
Persediaan Bahan Baku
perlu diperinci hal-hal
sebagai
berikut :
1. Jenis
bahan baku yang digunakan
2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang tersisa sebagai persediaan
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan
baku,Nilai bahan baku yang disimpan sebagai persediaan.
2.3.4. Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis
Digunakan dalam Produksi
Tentu tidak
semua bahan baku
yang tersedia akan
habis digunakan untuk produksi.
Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :
1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan
menjadi persediaan awal periode berikutnya.
2. Perlu adanya persediaan besi agar
kelangsungan produksi tidak terganggu akibat kehabisan bahan baku.
Bahan mentah
yang telah digunakan
dalam proses produksi
harus dihtung nilainya. Rencana
besarnya nilai bahan
baku yang habis
digunakan dalam proses produksi
dituangkan dalam suatu
anggaran tersendiri disebut Anggaran Bahan Baku yang Habis
Digunakan.Manfaat disusunnya Anggaran
Bahan Baku yang
Habis Digunakan antara lain
adalah ;
1. Untuk keperluan Produk Costing, yaitu
perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan perusahaan.
2. Untuk keperluan pengawasan penggunaan
bahan baku.
Bentuk
Dasar Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan Dalam anggaran ini standar
penggunaan bahan baku masih diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan pada
Anggaran KebutuhanBahan Baku. Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan
perlu memperinci hal-hal :
1. Jenis bahan baku yang digunakan.
2. Jumlah
masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk produksi.
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan
baku.
4. Nilai masing-masing bahan baku yang habis
digunakan dalam proses produksi.
5. Jenis barang yang (dihasilkan dan) menggunakan
bahan baku.
6. Waktu penggunaan bahan baku.
Ø Fungsi
Perencanaan, Koordinasi, dan Pengawasan pada Anggaran - anggaran Bahan Baku
Seperti
halnya anggaran produksi, anggaran kebutuhan bahan baku,persediaan bahan baku
dan pembelian bahan baku merupakan alat perencanaan bagi perusahaan. Dalam anggaran
- anggaran tersebut secara terperinci dibuat rencana tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan penggunaan bahan baku pada waktu mendatang.
|
ILUSTRASI SOAL:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
A. Data perkiraan penjualan tahun 2005
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jenis Barang
|
Jumlah (Unit)
|
Harga/Unit (Rp)
|
Persed. Awal (unit)
|
Persed. Akhir (unit)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
X
|
150.000
|
15.000
|
60.000
|
40.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Y
|
300.000
|
16.000
|
30.000
|
50.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Z
|
200.000
|
19.000
|
35.000
|
65.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
b. Bahan baku digunakan dihitung menurut standar
penggunaan kebutuhan (Standard Usage Rate/SUR)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jenis Bahan Baku
|
Satuan
|
SUR
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Barang X
|
Barang Y
|
Barang Z
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
Unit
|
2
|
3
|
4
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
kg
|
3
|
0
|
3
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
Unit
|
1
|
4
|
2
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
c. Jumlah Persediaaan masing-masing adalah
sebagai berikut :
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
jenis bahan baku
|
Persediaan Awal
|
Peresdiaan Akhir
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
75.000
unit
|
40.000 unit
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
100.000 kg
|
87.500 kg
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
100.000 unit
|
125.000 unit
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
d. perkiraan harga bahan baku sebagai berikut :
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
jenis bahan baku
|
Harga (Rp)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
8.000 / unit
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
5.000 / kg
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
7.500 / unit
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
DIMINTA
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dari data di atas susunlah :
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. anggaran produk masing-masing jenis barang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. anggaran kebutuhan bahan baku yang dirinci
menurut jenis barang dan jenis bahan baku
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. anggaran pembelian bahan baku yang terperinci
menurut jenis bahan baku dan nilainya
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4. anggaran pemakaian bahan baku yang habis
digunakan yang dirinci menurut jenis bahan baku dan jenis barang
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jawaban:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PT YOGI
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ANGGARAN PRODUKSI (UNIT)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KETERANGAN
|
BARANG X
|
BARANG Y
|
BARANG Z
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PENJUALAN
|
150.000
|
300.000
|
200.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PERS. AKHIR
|
40.000
|
50.000
|
65.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KEBUTUHAN
|
190.000
|
350.000
|
265.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PERS. AWAL
|
60.000
|
30.000
|
35.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
JML.
PRODUKSI
|
130.000
|
320.000
|
230.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PT YOGI
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
BARANG
|
PRODUKSI (UNIT)
|
BAHAN BAKU - 1
|
BAHAN BAKU - 2
|
BAHAN BAKU - 3
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SUR
|
KEBUTUHAN
|
SUR
|
KEBUTUHAN
|
SUR
|
KEBUTUHAN
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
X
|
130.000
|
2
|
260.000
|
3
|
390.000
|
1
|
130.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Y
|
320.000
|
3
|
960.000
|
0
|
-
|
4
|
1.280.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Z
|
230.000
|
4
|
920.000
|
3
|
690.000
|
2
|
460.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
JUMLAH
|
2.140.000
|
1.080.000
|
1.870.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PT YOGI
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN BAKU
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KETERANGAN
|
BAHAN BAKU - 1
|
BAHAN BAKU - 2
|
BAHAN BAKU - 3
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KEBUTUHAN
|
2.140.000
|
1.080.000
|
1.870.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PERS. AKHIR
|
40.000
|
87.500
|
125.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
JUML. KEBUTUHAN
|
2.180.000
|
1.167.500
|
1.995.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PERS. AWAL
|
75.000
|
100.000
|
100.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
TOT. PEMBELIAN
|
2.105.000
|
1.067.500
|
1.895.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
HARGA/ SATUAN
|
8.000
|
5.000
|
7.500
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
NILAI
PEMBELIAN
|
16.840.000.000
|
5.337.500.000
|
14.212.500.000
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PT YOGI
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ANGGARAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
BAHAN
|
PRODUK X
|
PRODUK Y
|
PRODUK Z
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KEBUTUHAN / UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
KEBUTUHAN / UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
KEBUTUHAN / UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
260.000
|
8.000
|
2.080.000.000
|
960.000
|
8.000
|
7.680.000.000
|
920.000
|
8.000
|
7.360.000.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
390.000
|
5.000
|
1.950.000.000
|
-
|
5.000
|
-
|
690.000
|
5.000
|
3.450.000.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
130.000
|
7.500
|
975.000.000
|
1.280.000
|
7.500
|
9.600.000.000
|
460.000
|
7.500
|
3.450.000.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Total Pemakaian Bahan Baku
|
5.005.000.000
|
|
|
17.280.000.000
|
|
|
14.260.000.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
36.545.000.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Anggaran Bahan Baku
adalah semua anggaran
yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci tentang
penggunaan bahan baku
untuk proses produksi selama periode yang akan datang.
3.1.2. Secara ringkas
tujuan penyusunan angaran bahan baku, antara lain, memperkirakan jumlah kebutuhan bahan
baku, memperkirakan jumlah
pembelian bahan baku yang diperlukan, sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian
bahan baku, sebagai
dasar penyusunan biaya produksi, yakni
memperkirakan komponen harga
pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi, sebagai dasar
melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
3.1.3. Jenis – jenis anggaran
bahan baku ada empat yaitu anggaran kebutuhan
bahan baku, anggaran pembelian
bahan baku, anggaran
persediaan bahan baku dan anggaran
biaya bahan baku yang habis digunakan dalam produksi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=80022 , diakses pada tanggal 11 september 2013
Munandar,M.
1995. Budgeting. Yogyakarta : BPFE ± UGM.
Rudianto.
2009. Penganggaran. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Shim,
Jae K., Joel, G Siegel. 2000. Budgeting. Jakarta : Erlangga.
Welch,
G.A. 1993. Penyusunan Anggaran Perusahaan. Jakarta : Bumi.
jasa seo
BalasHapusjasa seo indonesia
jasa seo terpercaya
seo indonesia
jasa seo web judi
jasa buat website
jasa pembuatan website
situs poker
agen poker terbaik
agen poker terpercaya
poker uang asli
situs bandarq
situs dominobet qq
agen poker
poker online
pagen poker terbaik
agen poker terpercaya
poker uang asli
LK21
Di RIKA ANDERSON LOAN COMPANY, kami menawarkan semua jenis bantuan kewangan kepada semua individu, kadar faedah kami adalah 2% setiap tahun. Kami juga memberikan nasihat dan bantuan kewangan kepada kami pelanggan dan pemohon Sekiranya anda mempunyai projek yang baik atau ingin memulakan perniagaan dan memerlukan pinjaman untuk membiayai dengan segera, kami dapat membincangkannya, menandatangani kontrak, dan kemudian membiayai projek atau perniagaan anda untuk anda bersama-sama dengan Bank Dunia dan Bank Industri.
BalasHapusKategori Perniagaan
Perniagaan Merchandising.
Perniagaan pembuatan
Perniagaan Hibrid.
Perniagaan tunggal
Perkongsian.
Syarikat.
Syarikat terhad.
pinjaman peribadi.
pinjaman pelaburan.
Pinjaman Pinjaman.
Kredit pemilikan rumah.
HUBUNGAN SYARIKAT PINJAMAN:
Laman web: rikaandersonloancompany.webs.com
E-mel: rikaandersonloancompany@gmail.com
Panggilan Pelanggan: +1 (323) 689-3663
Sembang Whatsapp: + 1-323-689-3663
Facebook: Rika Anderson Alfreda
Instagram: Rikaandersonloancompany.alfred
Twitter: @LoanRika
Ibu pejabat: 228 Park Ave S, New York, NY 10003-1502, Amerika Syarikat
Cukai / CAC /: 1095/0730/2028
Mahkamah Agung Daerah New York, NY9016 34001